Breaking News
Fakta peristiwa aktual yang terjadi di wilayah Indonesia, seperti bencana alam, kecelakaan, atau keputusan politik penting.
BRIMO BRIMO BRIMO BRIMO

Donald Trump Sebut Jabatan Presiden AS sebagai Profesi Paling Berbahaya: Ancaman Pembunuhan yang Tak Terhindarkan

BRIMO

Donald Trump Sebut Jabatan Presiden AS sebagai Profesi Paling Berbahaya: Ancaman Pembunuhan yang Tak Terhindarkan

Donald Trump mengungkapkan bahwa jabatan presiden merupakan salah satu profesi paling berbahaya di dunia. Komentar ini ia lontarkan setelah Mahkamah Agung AS mengeluarkan putusan penting yang memperluas kewenangan eksekutif pada Jumat (27/6/2025). Trump menyebutkan bahwa jika ia tahu tentang risiko besar yang terkait dengan profesi tersebut, ia mungkin tidak akan mencalonkan diri pada Pilpres 2016.

Mantan presiden yang dikenal dengan gaya kontroversial ini mengungkapkan hal tersebut dalam sebuah konferensi pers mendadak di Gedung Putih. Trump mengingat kembali saat ia hampir dibunuh oleh seorang penyerang pada Juli 2024 saat kampanye presiden di Pennsylvania, di mana peluru mengenai telinga kanannya. Meskipun ia selamat, peristiwa itu memberi gambaran betapa besar risiko yang dihadapi oleh seorang presiden.

“Saya merasakan sensasi berdenyut-denyut sesekali. Tapi tahukah Anda? Ini pekerjaan yang berbahaya,” kata Trump.

Pernyataan Trump menarik perhatian karena ia membandingkan tingkat kematian pada profesi ekstrem lainnya di AS dengan jabatan presiden. Menurut Trump, meskipun profesi seperti pembalap mobil dan joki banteng memiliki risiko kematian yang tinggi—masing-masing sekitar 1/10 dari 1 persen—menjadi presiden jauh lebih berbahaya. “Pembalap mobil, 1/10 dari 1 persen meninggal. Joki banteng juga 1/10 dari 1 persen. Tapi presiden? Sekitar 5 persen meninggal,” ujarnya. “Jika ada yang memberi tahu saya tentang ini, mungkin saya tidak mencalonkan diri. Ini adalah profesi yang sangat berbahaya,” tambah Trump.

Sejarah Kelam: Presiden yang Dibunuh

Trump merujuk pada fakta sejarah yang mencatatkan bahwa empat presiden AS—Abraham Lincoln, James A. Garfield, William McKinley, dan John F. Kennedy—terbunuh saat menjabat. Selain itu, beberapa presiden lainnya, termasuk Ronald Reagan dan dirinya sendiri, menjadi sasaran percobaan pembunuhan. Dalam konferensi persnya, Trump mengingatkan bahwa menjadi presiden bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi juga menghadapi ancaman kematian yang nyata.

Ia juga menyebutkan bahwa pada 15 September 2024, ia menjadi target serangan ketika sedang bermain golf di Florida. Pelaku yang berusaha menyerangnya kini menghadapi lima dakwaan federal dan mengaku tidak bersalah.

Narasi Politik dan Strategi Kepahlawanan

Komentar Trump ini datang di tengah suasana politik yang memanas, setelah Mahkamah Agung AS mengeluarkan keputusan yang memperkuat posisi presiden dalam kebijakan nasional. Dengan memperbesar kekuasaannya sebagai kepala negara, keputusan tersebut memberikan Trump kesempatan untuk memperluas pengaruhnya di pemerintahan.

Beberapa analis berpendapat bahwa komentar Trump tentang ancaman pembunuhan ini merupakan bagian dari strategi politiknya menjelang Pilpres 2028. Dengan membangun narasi kepahlawanan, Trump berusaha menggambarkan dirinya sebagai seorang pemimpin yang tetap berdiri tegar meskipun menghadapi bahaya nyata. Langkah ini bisa menjadi cara untuk memperkuat simpati publik dan mempertahankan loyalitas pendukungnya yang sudah solid.

Keamanan Presiden dan Retorika Politik yang Berbahaya

Namun, pernyataan Trump juga memunculkan perdebatan baru mengenai tingkat ancaman terhadap pemimpin negara, serta dampak dari retorika kekerasan dalam politik AS. Amerika Serikat memang memiliki sejarah panjang mengenai ancaman terhadap pemimpin negara, baik dari kelompok ekstremis maupun individu dengan motif pribadi. Akan tetapi, dengan meningkatnya polarisasi politik di negara itu, banyak yang khawatir bahwa retorika yang semakin keras—baik dari Trump maupun lawan politiknya—akan semakin memperburuk ketegangan dan meningkatkan potensi kekerasan.

Donald Trump
Donald Trump

Baca Juga : Klasemen F1 2019 Usai Bottas Menangi GP Australia

Keamanan presiden, baik fisik maupun politik, menjadi isu yang semakin relevan dalam konteks ini. Mengingat jumlah serangan yang terjadi selama bertahun-tahun terhadap pejabat tinggi negara, serta meningkatnya ketegangan politik, banyak yang mendesak agar lebih banyak langkah diambil untuk melindungi kepala negara dan mencegah kekerasan lebih lanjut.

Membaca Pesan Trump: Antara Risiko dan Keuntungan Politik

Apa pun motivasi di balik pernyataan Trump, satu hal yang jelas: komentarnya menggarisbawahi risiko besar yang harus dihadapi oleh siapa pun yang memegang tampuk kekuasaan di negara sebesar Amerika Serikat. Sementara beberapa pihak mungkin menganggap ini sebagai bagian dari strategi untuk membangun citra diri sebagai seorang pahlawan, banyak juga yang melihatnya sebagai gambaran nyata tentang tantangan yang dihadapi oleh presiden dalam menjalankan tugas negara.

Trump sendiri tampaknya sedang membangun narasi yang bisa menggugah simpati masyarakat, terutama di kalangan pendukungnya. Dengan mengingatkan masyarakat tentang risiko besar yang ia hadapi, ia berharap bisa menunjukkan dedikasinya terhadap negara, meskipun harus menghadapi ancaman serius.

Namun, dengan adanya ancaman yang semakin nyata dan meningkatnya ketegangan politik, tantangan bagi Trump, maupun para pemimpin negara lainnya, akan terus berkembang.

Klik Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *