Breaking News
Fakta peristiwa aktual yang terjadi di wilayah Indonesia, seperti bencana alam, kecelakaan, atau keputusan politik penting.
BRIMO BRIMO BRIMO BRIMO

Mubeng Beteng Tradisi Keraton Yogyakarta yang Menyimpan Makna Spiritual

?
BRIMO

Mubeng Beteng: Tradisi Keraton Yogyakarta yang Menyimpan Makna Spiritual

Buntok Kota – Mubeng Beteng adalah tradisi yang digelar setiap malam 1 Suro, bertepatan dengan malam Tahun Baru Islam, yang sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Yogyakarta sejak zaman Mataram Kuno. Acara ini tidak hanya sekadar perayaan, tetapi juga mengandung makna mendalam yang berhubungan dengan refleksi spiritual dan pengharapan untuk masa depan yang lebih baik.

Pada dasarnya, Mubeng Beteng adalah upacara kirab yang mengelilingi Beteng Keraton Hadiningrat dan Beteng Purpakuan di Yogyakarta. Upacara ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengusir wabah atau bencana yang mungkin mengancam, sebuah tradisi yang bermula dari keyakinan bahwa perjalanan ini dapat membawa berkah dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Makna Lampah Ratri: Tapa Bisu dan Refleksi Diri

Salah satu elemen penting dalam Mubeng Beteng adalah lampah ratri, yang artinya perjalanan malam. Lampah ratri ini dilakukan dengan tapa bisu, yaitu perjalanan tanpa berbicara, serta berjalan tanpa alas kaki. Suasana yang tercipta sangat khidmat dan penuh refleksi, memberi kesempatan bagi para peserta untuk merenung dan merenungkan perjalanan hidup selama setahun yang lalu.

Mengenal Mubeng Beteng, Tradisi Masyarakat Yogyakarta untuk Kontemplasi
Baca Juga : Klasemen F1 2019 Usai Bottas Menangi GP Australia

Mengutip dari informasi yang dibagikan oleh akun Instagram resmi Keraton Yogyakarta upacara Mubeng Beteng tahun ini akan digelar pada Kamis, 26 Juni 2025, mulai pukul 23.00 WIB hingga selesai. Acara ini akan diadakan di Keagungan Dalem Bangsal Pancaniti, Kompleks Keben (Kamandungan Lar) di Keraton Yogyakarta. Masyarakat umum dipersilakan untuk hadir dan ikut berpartisipasi dalam acara yang dimulai dengan pembacaan Macapat setelah shalat Isya.

Rute dan Simbolisme Tradisi Mubeng Beteng

Salah satu ciri khas dari Mubeng Beteng adalah rute perjalanan yang berlawanan arah jarum jam. Arah ini bukan tanpa alasan, melainkan sebagai simbol dari “lampah prihatin” (langkah duka) dan refleksi spiritual. Perjalanan ini dilakukan untuk memberi kesempatan bagi setiap individu untuk menyelami perjalanan hidup mereka, merenungkan setiap kejadian dan tantangan yang telah dihadapi sepanjang tahun, serta memperbaharui tekad dan semangat untuk menghadapi tahun yang baru.

Barisan terdepan dari upacara ini adalah rombongan abdi dalem yang mengenakan busana adat Jawa Peranakan berwarna biru tua. Mereka berjalan tanpa membawa keris dan tidak mengenakan alas kaki, membawa bendera merah putih, serta delapan panji dan umbul-umbul dari Keraton Yogyakarta. Setiap daerah di sekitar Yogyakarta mengirimkan abdi dalem mereka dengan membawa panji yang khas, seperti:

  • Panji Bangun Tolak dari Kota Yogyakarta

  • Panji Pare Adnom dari Kulonprogo

  • Panji Podang Ngisep Sari dari Gunungkidul

  • Panji Pandan Binetot dari Bantul

  • Panci Mega Ngampak dari Sleman

  • Panci Gula Klapa dari Keraton Yogyakarta

Setelah barisan abdi dalem, rombongan masyarakat umum mengikuti perjalanan sejauh 500 meter. Mereka akan melewati berbagai jalan, seperti Jalan Rotowijayan, Kauman, Agus Salim, hingga Wahid Hasyim, sebelum akhirnya melewati pojok Benteng Barat, Jalan MT Haryono, Pojok Benteng Timur, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, dan berakhir di alun-alun utara.

Peserta Mubeng Beteng: Tua dan Muda Bersatu dalam Tradisi

Upacara Mubeng Beteng tidak hanya diikuti oleh kalangan tertentu. Tradisi ini terbuka untuk semua lapisan masyarakat, baik orang tua maupun remaja

Bagi mereka, Mubeng Beteng bukan sekadar upacara adat, tetapi juga sebuah kesempatan untuk berhubungan dengan leluhur dan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Melalui acara ini, masyarakat diajak untuk lebih mengenal dan menjaga tradisi lokal yang kaya akan makna spiritual dan sejarah.

Kesimpulan: Mubeng Beteng sebagai Wujud Syukur dan Harapan

Mubeng Beteng adalah tradisi yang memadukan elemen spiritual, sejarah, dan kebudayaan dalam satu kesatuan yang indah.

Sebuah ritual yang mengingatkan kita akan pentingnya introspeksi diri dan menyambut masa depan dengan penuh harapan.

Klik Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *